Hari ke 13 #dirumahaja
Awal tahun 2020 disambut dengan duka cita karena hujan deras
yang mengguyur ibu kota hingga pagi hari yang mengakibatkan banjir dimana-mana.
Saya yang berdomisili di depok sangat senang ketika hujan turun menuju
pergantian tahun, selain emang ga suka kemana-mana pas tahun baru.. tidur
rasanya nyenyak cui pas ujan awet, adeeem giduu! secara depok tu hot bangeud,
jadi ya yess ini ni yang ditunggu-tunggu “ujan” secara musim hujan yang
biasanya dimulai dari bulan yang ada ber-ber nya tapi tahun 2019 kok rasanya
kemarau panjang gitu panazz! Ada yang bilang kita lagi mengalami yang namanya
perubahan iklim sehingga pergantian musim pun ga bisa ditebak, begitu juga para
petani yang mengeluh karena gagal panen di beberapa tahun belakangan ini. Saya
pun belum mengerti banyak tentang perubahan iklim, jadi belum bisa menjelaskan
secara detail.
Dan hari ini dibulan maret 2020 tepatnya tanggal 28 saya
menulis artikel ini pun tampaknya dunia masih tidak ramah. Covid-19 yang
berawal dari kota Wuhan, China sudah menyebar keberbagai penjuru dunia salah
satunya ialah negeri kita tercinta, Indonesia.
Yang awalnya cuma baca berita dan liat gimana chaos nya
keadaan di wuhan, ternyata kita pun sekarang mengalaminya, masih ga nyangka
bisa sampai disini.
Posisi saya yang bekerja di salah satu perusahaan swasta di
Jakarta membuat saya tetap harus bekerja ditengah pandemic ini dan tampaknya
kantor saya ini tidak akan memberikan kebijakan untuk work from home jika
pemerintah hanya memberi imbauan untuk bekerja dirumah, bukan instruksi atau
larangan.
Bekerja di pusat kota membuat saya memutuskan untuk kost
sehingga jarak ke kantor bisa ditempuh hanya dengan berjalan kaki. Tapi saat
saya menyempatkan untuk pulang ke depok ditanggal 20 maret 2020 saya belum juga
dibolehkan kerja hingga hari ini, bukan oleh pihak kantor tapi oleh ibu saya
sendiri. Bukan lagi larangan tapi
perintah untuk #dirumah aja selama pemerintah belum menyatakan aman. Saya
sendiri sebenarnya merasa sangat tidak keberatan dengan perintah kali ini
karena jumlah pasien yang dinyatakan positif covid-19 dan jumlah kematian yang
terus meningkat membuat saya sendiri pun was-was dan khawatir untuk keluar
rumah.
Perang melawan virus ini pastinya membuat stabilitas ekonomi
Indonesia menurun, begitu juga dunia. Bisa dilihat dari beberapa perusahaan
yang mengharuskan untuk tutup demi memutskan rantai virus ini. Mulai dari
tutupnya mall, tempat wisata, restaurant, hotel, maskapai penerbangan, dll.
Begitu juga banyaknya pekerja harian seperti ojek online, kuli bangunan atau
starling starbucks keliling dimana ini menjadi salah satu alasan mengapa Indonesia
belum memutuskan untuk lockdown. Meski begitu kita harus tetap mempertimbangkan
keselamatan warga Negara Indonesia, jangan sampai si novel corona ini semakin
menjadi-jadi. Hari ini sudah mulai dilakukan penyemprotan disenfektan di
gerbang masuk komplek bukan penyemprotan fogging lagi seperti beberapa hari
sebelumnya wkwk. Anw, kenapa mesti nunggu pasien positif corona 1000 dulu baru
disemprot dimana-mana, tapi pas masih 2 orang belum ada penindakan macam ni.
Masjid pun sudah mengumumkan untuk solat dirumah masing-masing.
Mungkin di hari ke 13 #dirumahaja ini sebagian orang sudah
ada yang mulai merasa oleng karena masih harus stay at home, dan saya sendiri merasa
#dirumahaja bukan hal yang aneh karena disaat weekend atau long weekend pun
seringkali hanya diam dirumah, kalo keluar paling ke indomaret atau potong
rambut di salon yang masih jalan kaki dari rumah.
Semoga kita semua tetap diberi kesehatan, yang sakit segera
disehatkan, diberi kesabaran, kelapangan hati, keikhlasan, ketenangan dan
berdoa semua kembali normal seperti biasa amin. Please tetap #dirumahaja sampe
semua dinyatakan aman dan nol kasus covid-19 ini.
0 komentar